Software Tester dan Dokumen
Makanan sehari-hari seorang software tester adalah
dokumen. Berkutat dengan dokumen-dokumen adalah hal yang biasa dan lumrah,
karena tanpa dokumen, software tester tidak dapat membuat test
scenario yang baik. Dokumen apa saja yang dibutuhkan oleh software
tester :
1. SRS (System Requirement Specification) adalah
dokumen yang menyediakan panduan mengenai spesifikasi requirement sistem
yang diinginkan oleh client/user secara lengkap terhadap suatu
bagian/keseluruhan aplikasi. Di dalam SRS ini terdapat bahasan mengenai use
case description, level, included form, extend, primary actor, precondition,
scope, dan sebagainya.
2. SAD (Software Architecture Document) adalah
dokumen yang menggambarkan desain arsitektur (flow process) secara
umum dari modul yang ada dalam sebuah sistem. SAD memuat spesifikasi yang lebih
rinci dari dokumen SRS. Di dalam SAD ini terdapat bahasan mengenai overview
software, references, architectural representation (screen map, CS Management,
Flow chart, database model, sequence diagram, dan class
diagram), architectural goals dan constraints, use-case view,
logical view, process view, deployment view serta size and performance.
Dari semua dokumen inilah si software tester kemudian
akan mengetahui seperti apa sistem yang akan di testing. Setelah mengetahui
proses bisnis dari sistemnya, maka software tester harus
membuat test case yang terdiri dari langkah-langkah pengetesan
terhadap sistem yang dibagi-bagi kedalam tiap modul/unit sistem. Disinilah
kreatifitas dan imajinasi seorang software tester diperlukan,
yaitu ketika mereka harus membuat skenario test dari sistem
yang belum pernah mereka sentuh sebelumnya. Atau lebih tepatnya jika dapat
digambarkan, software tester harus dapat mentransfer seluruh
‘isi kepala’ business analyst atausystem analyst mengenai
sistem tersebut ke dalam pikiran/otak mereka. Bisa dibayangkan betapa sulitnya
tugas ini bukan?
Tahapan Testing/ Testing Life Cycle
1. Start –> review test case
2. Perform testing : pengetesan test case yang biasanya di
awali dengan smoke test (pengetesan tanpa prosedur dalam test case, hanya
berdasarkan pengetahuan software tester secara umum saja), lalu kemudian di
lanjutkan dengan execution test (yang menggunakan test case). Tujuan dari smoke
test ini adalah untuk meminimalisasikan jumlah error apalagi error yang
bersifat trivial (salah penulisan, warna atau posisi button/tulisan/form, dan
bug-bug kecil lainnya) sebelum execution test.
3. Review and Verify test result, yaitu pelaporan hasil
testing kepada team developer.
4. Do Bug fixing, dimana bug-bug atau error yang ditemukan
dalam sistem akan di perbaiki oleh developer.
5. Re-test and Regression testing, yaitu testing yang
dilakukan setelah bug fixing.
6. Produce validation report and release note, yaitu
pelaporan kepada developer ketika sistem sudah dinyatakan bersih dari bug.
7. UAT (user acceptance test) yaitu test case yang dibuat
untuk kemudian di test oleh end user sistem tersebut.