Selasa, 20 September 2011

Software Tester


Software Tester dan Dokumen

Makanan sehari-hari seorang software tester adalah dokumen. Berkutat dengan dokumen-dokumen adalah hal yang biasa dan lumrah, karena tanpa dokumen, software tester tidak dapat membuat test scenario yang baik. Dokumen apa saja yang dibutuhkan oleh software tester :

1. SRS (System Requirement Specification) adalah dokumen yang menyediakan panduan mengenai spesifikasi requirement sistem yang diinginkan oleh client/user secara lengkap terhadap suatu bagian/keseluruhan aplikasi. Di dalam SRS ini terdapat bahasan mengenai use case description, level, included form, extend, primary actor, precondition, scope, dan sebagainya.
2. SAD (Software Architecture Document) adalah dokumen yang menggambarkan desain arsitektur (flow process) secara umum dari modul yang ada dalam sebuah sistem. SAD memuat spesifikasi yang lebih rinci dari dokumen SRS. Di dalam SAD ini terdapat bahasan mengenai overview software, references, architectural representation (screen map, CS Management, Flow chart, database model, sequence diagram, dan class diagram), architectural goals dan constraints, use-case view, logical view, process view, deployment view serta size and performance.

Dari semua dokumen inilah si software tester kemudian akan mengetahui seperti apa sistem yang akan di testing. Setelah mengetahui proses bisnis dari sistemnya, maka software tester harus membuat test case yang terdiri dari langkah-langkah pengetesan terhadap sistem yang dibagi-bagi kedalam tiap modul/unit sistem. Disinilah kreatifitas dan imajinasi seorang software tester diperlukan, yaitu ketika mereka harus membuat skenario test dari sistem yang belum pernah mereka sentuh sebelumnya. Atau lebih tepatnya jika dapat digambarkan, software tester harus dapat mentransfer seluruh ‘isi kepala’ business analyst atausystem analyst mengenai sistem tersebut ke dalam pikiran/otak mereka. Bisa dibayangkan betapa sulitnya tugas ini bukan?

Tahapan Testing/ Testing Life Cycle

1. Start –> review test case
2. Perform testing : pengetesan test case yang biasanya di awali dengan smoke test (pengetesan tanpa prosedur dalam test case, hanya berdasarkan pengetahuan software tester secara umum saja), lalu kemudian di lanjutkan dengan execution test (yang menggunakan test case). Tujuan dari smoke test ini adalah untuk meminimalisasikan jumlah error apalagi error yang bersifat trivial (salah penulisan, warna atau posisi button/tulisan/form, dan bug-bug kecil lainnya) sebelum execution test.
3. Review and Verify test result, yaitu pelaporan hasil testing kepada team developer.
4. Do Bug fixing, dimana bug-bug atau error yang ditemukan dalam sistem akan di perbaiki oleh developer.
5.  Re-test and Regression testing, yaitu testing yang dilakukan setelah bug fixing.
6. Produce validation report and release note, yaitu pelaporan kepada developer ketika sistem sudah dinyatakan bersih dari bug.
7. UAT (user acceptance test) yaitu test case yang dibuat untuk kemudian di test oleh end user sistem tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar